SEBUAH keajaiban mencampak Lola ke dunia baru. Takdir tertulis yang penghujung hidupnya bakal berakhir di penjara. Bukan namanya Lola jika dia akur begitu saja.
“You berlakon baik sebab nak tarik
perhatian I. Nak buat I tergila-gilakan you? Eh, you jangan harap I akan suka perempuan keji macam you!”-Hilman
Sudah tersurat pabila hero dan antagonis
bersua muka, perang akan tercetus. Kebencian Hilman terhadap gadis itu
terkumpul bertahun-tahun lamanya. Namun,entah kenapa hati yang dingin tiba-tiba mencair.
“That smiles ofyours could drive me crazy...”- Hilman.“ “Senyum pun boleh gila? Kalau I mengilai macam pontianak,
berbuih terus mulut you kut?”- Lola Sikap Lola yang berubah bagai pasang surut air menerbitkan
gundah Hilman. “Naili cintakan you. Dia cinta pertama you kan? Kenapa susah
sangat you nak terima dia? Dulu you tergila-gilakan dia. So, kahwin ajelah!”-Lola
Semua rencana Lola hancur berantakan dek kedegilan Hilman.
Kadang-kadang Lola bagai hilang kewarasan akal. Kehendaknya hanya satu, dia mahu pulang ke sisi Reese.
“You lied to me Lola. You said you’ll love me. You cakap you
akan belajar mencintai I. I love you so much. Why did you leave me?” - Reese
Jiwa Lola berdetak goyah kala Hilman mencurahkan kasih sayangnya. Dan mengapa figura Reese sering bertindih dengan
Hilman? “Puas hati you malukan Naili? Puas pijak maruah kaum you
sendiri?”- Hilman. Kekecewaan Hilman bagai selumbar di hati Lola. Air matanya
bercucuran jatuh setiap kali melukakan Hilman. Tapi, dia terpaksa meneruskan misi cupidnya.
“Stay faithful to me till the end oftime…” Itu saja yang Lola harapkan daripada Hilman mahupun Reese. “Look at me like I’m the only man you’ll ever see.” Permintaan Hilman bagai jampi serapah yang meracuni hidup
Lola selamanya. Malangnya, mereka datang dari dunia berbeza. Bisakah keajaiban membantu Lola meraih cinta sejati? Dan mampu ke Lola menutup pintu hatinya untuk Reese?